Candi Badut adalah candi yang terletak di Dusun Badut, Desa Karang Widoro Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kata Badut diduga berasal dari bahasa Sanskerta Bha-dyut yang berarti sorot Bintang Canopus atau Sorot Agastya dengan maksud membinasakan wabah penyakit. Candi ini diperkirakan berusia lebih dari 1400 tahun dan diyakini peninggalan Prabu Gajayana, penguasa kerajaan Kanjuruhan sebagaimana termaktub dalam prasasti Dinoyo bertahun 760 Masehi.
Badut berdiri diatas tanah seluas 2808 m2. Dikelilingi oleh Gunung Kawi di sebelah Selatan, Gunung Arjuna di barat, Gunung Bromo di sisi utara dan Gunung Semeru di sebalah Timur. Menurut keterangan tertulis, dahulu areal candi dikelilingi pagar tembok yang sekarang hanya tinggal sisa-sisa pondasinya. Terbuat dari batu andhesit, berdenah empat persegi yang berukuran 17,27 m x 14,04 m dengan tinggi 8 m, menghadap ke Barat. Candi tersebut merupakan candi tertua di Jawa Timur.
Para ahli menyatakan bahwa Candi Badut merupakan peralihan gaya bangunan klasik dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pada ruangan induk candi yang berisi lingga dan yoni, simbol Siwa dan Parwati. Tapi tangan-tangan jahil sudah merusak kedua lambang kesuburan itu. Lingga dan Yoni sudah tak asli lagi dan diganti balok bulat beton cor. Sebagaimana umumnya candi Hindu di Jawa, pada bagian dinding luar terdapat relung-relung yang semestinya berisi arca. Dua relung di kanan dan kiri pintu mestinya berisi arca Mahakala dan Nandiswara, relung utara untuk arca Durga Mahisasuramardini, relung timur untuk arca Ganesha, dan di sisi selatan terdapat relung untuk arca Agastya yakni Siwa sebagai Mahaguru.
Namun di antara semua arca itu hanya Durga Mahisasuramardini tersisa di Candi Badut. Sekali lagi, vandalisme mengoyak moyak patung Durga, kepalanya sudah lepas dari badan. Begitu pula kepala patung lembu Nandi yang di berada pinggir candi sudah tak tersisa lagi.
Candi ini ditemukan tahun 1921 berupa gundukan bukit batu, reruntuhan dan tanah. Orang pertama yang memberitakan keberadaan Candi Badut adalah Maureen Brecher, seorang kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang. Candi Badut dibangun kembali pada tahun 1925-1927 di bawah pengawasan B. De Haan dari Jawatan Purbakala Hindia-Belanda. Dari hasil penggalian yang dilakukan pada saat itu diketahui bahwa bangunan candi telah runtuh sama sekali, kecuali bagian kaki masih bisa dilihat susunannya.
Sehari usai Hari Raya Nyepi, umat Hindu se-Malang Raya secara rutin akan menyelenggarakan upacara Ngembak Geni di Candi Badut. Mereka melakukan ritual mengitari candi secara tertib dan bergiliran, sambil membawa air suci yang disiramkan secara perlahan ke candi. Upacara keagamaan adalah perwujudan pendekatan diri pada Sang Hyang Widi sekaligus merawat ingatan tentang sejarah budaya dan arti penting peradaban sebuah bangsa.
![]() |
Dirusak. Arca Durga Mahisa Suramardini tanpa kepala. |
Comments
Post a Comment